Pengalaman Cinta
Empat tahun lalu pengalaman cinta kita berdua ….Yah, empat tahun lalu dia selalu mengisi hari-hari ku. Aku bertemu dengan seorang yang cantik luar dalam. Dia sangatlah spesial bagiku. Mungkin saat itu tidak ada yang lebih penting dan berharga dibanding dengan dia. Pengalaman cinta pertama yang lama tak kudengar lagi kabarnya.
Panggil saja dia Zahra, Seorang gadis dengan hidung mancung dan tinggi 168 cm. Kulitnya putih mulus dengan sedikit bulu halus. Hatinya bagaikan lilin yang menerangi dikala kegelapan. Walaupun sinarnya tak secerah sinar matahari, justru itulah yang membuat dirinya bagaikan harapan dan cahaya di hidupku.
Tak terlewat sehari pun tanpa memikirkan dia. Aku benar-benar tak pernah tau, alasan apa yang membuat aku sangat suka dengan dia. Bahkan aku bisa gila rasanya bila tidak bertemu dengannya. Haaahh.. Cintaku padanya sangat keterlaluan, terlalu dalam, terlalu besar dan terlalu sangat deh pokoknya.
Anehnya, aku juga tak pernah tau pengalaman cinta seperti apa yang dia suguhkan padaku. Hingga saat ini hatiku masih cinta, tetap mencintai dia. “Oh Tuhan, apakah dia tau?” Apakah aku harus mencari sebuah alasan untuk mencintainya? Perlukah?
Rasanya seperti kemarin aku baru menyatakan perasaanku padanya. Saat itu aku ajak dia makan siang di suatu rumah makan dekat kampus. Kita ngobrol membicarakan banyak hal, mulai dari kehidupan hingga teori konspirasi di dunia. Saat itulah aku merasa “dia jodohku”.
Tak perlu pikir panjang, aku langsung mengatakan “bersediakah kamu menikah denganku?”. Dia diam mematung beberapa saat dengan mata yang berbinar menatapku. Aku menggenggam tangannya dan membisikan “aku mencintaimu, zahra”. Anggukan kepala dan senyuman manis menyapaku, yaa… dia bersedia.
Banyak yang berubah padaku ketika dia hadir dalam kehidupanku. Aku semakin giat ibadah, bekerja, dan kuliah. Dia menjadi inspirasi dan semangat disetiap hariku. Walaupun kita berbeda kampus, dan saling disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Intensitas kita bertemu sangatlah sering, walaupun cuma untuk makan.
Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan pengalaman cinta kami lalui tanpa ada masalah sedikitpun. Aku percaya jika saling mengerti maka tidak akan ada yang dikorbankan. Ketika aku sibuk, maka dia akan mengerti jika aku lama dalam membalas chat, begitu dengan sebaliknya. Yaaa… dia wanita idaman semua lelaki.
Masih menjadi sebuah misteri kenapa dia mau menerimaku disaata banyak sekali lelaki yang mengejar dia, yang bisa dibilang lebih lebih dan lebih dari aku. Pernah aku penasaran dengan hal itu, lalu kutanyakan pada dia. “aku pernah lihat kamu memeluk ibumu di depan umum, tidak semua lelaki bisa seperti itu”
Alasan yang tidak pernah terpikirkan olehku, dan itulah salah satu alasan aku sangat suka dia. Pun tidak semua wanita menerima seorang lelaki hanya dengan alasan seperti itu saja. “jika seorang lelaki sudah pernah mengimami ibunya sholat Shubuh, kurasa ia sudah siap untuk menikah” pernyataan itu tiba-tiba terlontar padaku.
Dan yaa.. aku sangat sering mengimami ibuku bahkan keluargaku sholat. Namun saat itu aku hanya tersenyum saja. Dalam hati ku berdoa, semoga kita disatukan dalam ikatan yang lebih sakral. Tak pernah sekalipun terpikir untuk menyakitinya, hanya berpikir untuk selalu menjadi lebih baik untuk kita.
Baru Aku sadari, ternyata semua hal pasti perlu pengorbanan. Aku dan Zahra bahagia bersama, namun hubunganku dengan sahabatku menjadi renggang. Ketika mereka berkumpul, bisa dipastikan aku tidak ikut bersama, yaa…aku lebih memilih bersama Zahra.
Semakin lama hubunganku dengan sahabat bertambah renggang, hingga pernah suatu hari aku menyempatkan untuk berkumpul. “waah… tumben bisa kumpul!” “huuu… pacaran terus!” dan masih banyak lagi. Aku sadar bahwa mereka hanyalah bercanda, tetapi saat itu aku mulai berpikir “Kawan atau Pacar”.
Saat itu kupikir bisa memprioritaskan keduanya, Bisa maen bareng kawan dan berpacaran dengan Zahra. Hari demi hari kulalui, dan tak ada masalah sekalipun, aku bisa mengatasinya. Tetapi ada hal baru yang mengusik pikiran dan hatiku. Aku semakin tau dengan agama dan mempelajarinya bersama pengalaman cinta.
Memegang bahkan menyentuh yang bukan mukhrimnya adalah dosa. Aku dan Zahra saling mencintai, tak pernah sedikitpun ingin meninggalkannya. Hal ini yang sangat mengusikku saat itu. “Jika benar-benar mencintai seseorang, bukankah dia seharusnya dia tidak akan rela menyakitinya? Tetapi aku malah memberinya ‘DOSA’
Ibaratkan kita sama-sama menyapu jalan menuju ke neraka. Aku merasakan takut, benci, sayang, bingung, ragu, dan rasa yang entah itu apa dalam waktu yang bersamaan. Apakah ini cinta fitrah dari Allah atau hanya sekedar nafsu belaka? Hingga saat ini aku belum bisa membedakannya.
Saat itu aku benar-benar tidak tau harus melakukan apa, bahkan aku tidak bercerita kepada sahabat dekat. Aku memendam ini sendirian, bahkan aku tidak menghubungi dan membalas chat dari Zahra selama 3 hari. Aku menenangkan diri dan berdiam diri di masjid setiap ba’da maghrib.
Suasana hati mulai tenang dan pikiran mulai jernih. Aku memikirkan ini matang-matang, aku memutuskan untuk putus dari Zahra tanpa mengatakan apa sebabnya. Tangisan Zahra tak dapat dibendung lagi, dan aku hanya bersikap sok tidak peduli padanya. Namun ku berjanji pada Zahra bahwa akan selalu menjaga komunikasi.
Alasan mengapa tidak mengatakan sebab putus adalah Aku takut jika Zahra malah semakin sayang denganku. Bayangkan saja saat itu dia sedang sayang-sayangnya lalu putus dengan alasan “aku putus denganmu karna aku sangat mencintaimu”, yaa… sangat tidak masuk akal. Kupikir dengan tidak mengatakan alasan yang sebenarnya adalah yang terbaik. Kita sama-sama terluka, tapi ini untuk kebaikan kita berdua. Doaku semoga kita dipertemukan lagi dalam sebuah ikatan pernikahan.
Hari demi hari berlalu, awalnya baik-baik saja, hingga entah mengapa dia berubah menjadi dingin. Ku menoba memaklumi sikapnya, karna semua itu adalah semua karena aku. Aku masih dan tetap berharap kita akan bersama lagi, namun ternyata tidak ketika aku mengetahui satu hal.
Ternyata Zahra sudah berpacaran lagi, dengan sahabatku sendiri. Disaat Zahra sedang sedih dan hancur karena kutinggalkan, sahabatku hadir dikehidupannya. Memberi perhatian, kepedulian, dan ketenangan. Hingga entah mulai kapan, mereka berpacaran tanpa diketahui aku dan kawan.
Hatiku benar-benar hancur, marah, tapi ku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku bukan siapa-siapa lagi. Yang terbesit dibenakku adalah kenapa kisahku seperti ini? Aku meninggalkan Zahra demi sahabat dan ingin menjaga dia dari dosa, tapi kenapa malah sahabatku yang berpacaran dan memberinya dosa?.
Hampir 3 tahun aku tidak berkomunikasi lagi dengan Zahra dan sahabatku. Sudah berbagai cara kulakukan untuk mencoba memperbaikinya. Hingga akhirnya aku berhenti berdoa dan berharap. Hanya ingin rasa syukur yang aku ucapkan karena Allah telah menyingkirkan mereka berdua dari kehidupanku.
“Sahabat Adalah Sesorang Yang Belum Mengkhianati Kita”
SEMOGA KALIAN BAHAGIA